Selasa, 04 Februari 2014

Cerbungku hari ini :)

Edit Posted by with No comments


                Cahaya matahari menusuk  jendela kamar kostku. Aku yang semula tertidur pulas, terbangun karena mataku  pedih terkena sengatan cahayanya. Tetapi, aku mencoba menutup mataku kembali melengkapi tidur yang sangat kurang puas, sebab aku harus tidur jam 2 untuk menyelesaikan Tugas karya tulis ilmiahku yang memakai sistim SKS (Sistim Kebut Semalam).
Tiba-tiba, handphoneku berdering lagu “Happy birthday”, aku langsung terduduk dengan mata melebar. Kantukku hilang seketika, aku mengambil handphoneku dan melihat layar handphoeku siapa yang ulang tahun hari ini. Aku tertenduk lesu, ketika aku melihat nama yang tertera di layar itu. Yaitu, Hanif Wijaya.
Hanif Wijaya adalah kakak kelasku yang tinggal bersebelahan dengan rumahku di pekanbaru. Aku hanya berbeda 1 tahun dengannya. Kami  juga satu sekolah. Dia anak basket dan juga rohis. Dia sangat alim dan juga ramah. Itu yang membuatku kagum dengannya. Sejak kelas 2 SMP aku menyukainya, aku selalu mengikutinya Sholat ke masjid. Dari dia aku belajar semua, dari menjadi detektif sampai berpura-pura menjadi tukang pos. Saat itu aku berpura-pura mengantarkan surat kaleng yag berisi tentang perasaanku kepada kak hanif tanpa mencentangkan nama. Kemudian, aku memberanikan diri memberi surat itu secara langsung ke kak hanif dengan menyamar memakai pakaian pos. Aku sangat tidak sadar, betapa nekadnya hal yang kulakuin waktu itu. Terkadang aku tertawa sendiri mengingatnya.
                Aku juga suka dengan labor biologi, bukan karena aku menyukai pelajaran biologi. Tetapi, karena labor biologi terletak di lantai dua. Di balik jendela labor biologi terdapat lapangan basket  yang berada dibawahnya. Aku suka berdiam disitu jika jam istirahat, karena aku bisa melihat kak Hanif sedang bermain basket disana bersama kawan-kawannya. Aku mengintipnya dari balik jendela. Iya, dialah orang yang kusuka selama 5 tahun belakangan.
                Aku banyak mengalami pengalaman karenanya, terkadang pahit dan terkadang juga manis. Aku tidak banyak memiliki teman, karena aku termasuk orang yang lugu disekolah dan yang tepatnya orang yang sering dibully didalam kelas, mulai dari melengketkan permen karet ke kursiku sampai menukar nama di kertas ulanganku dengan nama mereka. Hufft, masa SMA ku sangat menyebalkan. Padahal, sampai sekarang aku tidak tau apa salahku L
                Aku ingat saat dia menolongku keluar dari WC. Yah, aku dibully oleh teman sekelasku. Mereka mengunciku dari dalam WC. Aku berteriak sekuat-kuatnya Selama kurang lebih 5 menit terkurung. Tiba-tiba ada yang berbicara dari depan WC ku.
                “Ada orang didalam?” Suaranya sedikit keras
Aku langsung berhenti berteriak, Suara bariton itu sangat tidak asing bagiku. Aku berpikir sejenak siapa yang dibalik pintu WC, mungkin karena aku tidak menjawab karena kelamaan mikir, seseorang itu mengulang teriakannya. Aku baru ingat, itu suara kak hanif. Jantungku berdetuk sangat kencang, aku menjawab dengan suara gemetaran “ A-ada kak. Tolong bukain kak” suaraku sedikit terbata
“oke, menjauh dari pintu” Perintahnya “1,2” Hitungnya tegas “3” lalu terdengar suara tendangan yang amat keras. Akhirnya, pintu itu terbuka.
“eh, Syifa” kejutnya melebarkan mataku. (Dia tau namaku, dari mana dia tau?)“kok bisa terkurung?” tanyanya lembut. Lalu dia menarik tangaku keluar WC (dia memegang tanganku, terasa waktu berhenti bergerak). Aku tidak bisa menjawab. Bibirku kaku  karena menatap matanya yang berbinar ke arahku. Lalu dia menggelengkan tangan kanannya tepat kedepan mukaku “syifa, kamu kenapa?” tanyanya masih ragu
Aku behenti melamun, “eh, gak apa-apa kak. Makasih banget ya kak” jawabku gemetaran dan  sungkan. Aku lalu melepaskan peganganku dari kak hanif. Karena sepertinya dia sedikit resah karena aku memgangnya sedikit lama.
“kakak duluan ya, hati-hati lagi kalau mau ngunci pintu WC” ujarnya tertawa kecil, kemudian sejenak memegang bahuku lalu berjalan keluar dari WC. Aku masih berpatung disana, tidak percaya apa yang terjadi beberapa detik yang lalu.
Banyak kejadian yang aku dapatkan menjadi seorang secret admirernya kak hanif. Tetapi sayang, sekarang hanya menjadi kenangan. Sejak aku kelas 3 SMA, semuanya hilang. Labor biologi terasa hampa tanpanya, sekolahpun juga begitu. Dan dari situ aku mulai berpikir, itu hanya imajinatif hatiku yang terlalu tinggi. Aku selalu berharap kak hanif peka dengan perasaanku. Tetapi itu tidak mungkin, aku hanya seorang anak yang lugu dan sangat jelek.
 Aku mulai meninggalkan semuanya tentang kak hanif. Yah, Aku sekarang berada di Bandung, dan dia masih di pekanbaru melanjutkan kuliahnya. Aku melanjutkan kuliahku di ITB. Alhamdulillah, aku lulus tes dan menjadi mahasiswa undangan di ITB Bandung. Sekarang aku jauh dari kak hanif, memang ini alasanku mengikuti tes ITB, agar aku bisa lebih fokus mengejar impianku yang selama 5 tahun suram tanpa penerangan. Sekarang, aku memulai semuanya dengan baru. Menjadi anak kost dan anak busway. Terkadang aku juga menganggap diriku kutu buku. Hehehe. Karena aku selalu membawa buku kemana aku pergi dan juga jika hari libur, aku suka berdiam diri didalam perustakaan membaca semua buku yang menarik. Hidupku berubah seketika, karena tak ada lagi yanag namanya CINTA.
Handphoneku berdering kembali, lamunanku semua buyar. Aku kembali sadar. Kali ini bukan ulang tahun lagi, tetapi sms dari bestfriendku mita.


“syif, kamu dimana? Aku udah di pustaka nih”
 
 


Aku terkejut, aku menoleh kebelakang melihat jam. “Oh my god, jam 7?” Ujarku keras spontan. Aku melompat dari kasur dan bergegas mandi dan memasang baju.

10 menit kemudian ...
                Aku berlari keluar dari kosku, karna takut ketinggalan busway. Aku masih membenarkan isi tasku berisi buku yang sangat berantakan. Dan ternyata benar, baru aku sampai di halte, buswaynya langsung berjalan. “eh pak, pak, tunggu.” Teriakku sambil berlari mengejar busway. Busway itu masih berjalan, tiba-tiba berhenti seketika. Petugas karcis lalu turun dengan muka sinis “cepat mbak” suaranya datar menakutkan
                Aku masuk kedalam busway sambil menundukkan kepala karena menahan malu dengan semua orang didalam. Sambil mencari bangku yang kosong, aku teromabang-ambing karena aku belum menemukan pegangan. Bangku yang kosong masih ada di paling belakang. Aku harus menempuh jarak lagi untuk kesana. Tiba-tiba cowok yang duduk disampingku berdiri. Dia mempersilahkanku duduk tanpa melihatku. Mukanya ditutupi masker dan Kepalanya ditutupi topi dari jacketnya. Dia memegang tas yang kelihatannya sangat berat, terlihat dari gembungnya tas itu. Aku kaget dan sedikit ragu untuk kebaikan hatinya. Tetapi, aku masih bingung, ada apa dengan cowok itu? Dia langsung duduk dibelakang, dimana tempat duduk tujuanku tadi. Kemudian kembali tertidur. Orang-orang pada melihatku, aku sedikit sungkan untuk duduk. Terpaksa, aku harus duduk. Mana mungkin aku tidak duduk. Bisa-bisa aku ditabokin oleh seluruh warga busway.
                Aku belum sempat mengucapkan terima kasih kepada cowok itu. Dia  turun terlebih dahulu di halte transit, sedangkan aku masih melanjutkan perjalanan ke kampus. Ketika aku hendak menggerakkan mulutku mengucapkan ucapan terima kasih, dia telah turun duluan dan pintu halte secara otomatis tertutup.
                Aku menyesal tidak megucapnya lebih awal. Tetapi, bagaimana lagi? Walaupun kebaikan sekecil itu harus dibalas dengan ucapan terima kasih. Itu perintah orang tuaku yang diiberikannya kepadaku. Aku berdiri berpaling kebelakang melihat cowok itu yang masih berada dihalte. Kemudian aku duduk kembali.
                “cie, cinta bersemi didalalam busway” ujar seorang nenek disampingku sambil tertawa kecil . Aku kaget, lalu melihat nenek itu. (tau apa nenek ini tentang bersemi? Bersemi itu kan tumbuh kembali. Cinta yang lama tumbuh kembali. Sedangkan aku, orangnya aja kagak kenal. Darimana berseminya? Memang-memang, nenek yang menjadi korban sinetron-sinetron indonesia) ujarku gondok didalam hati.
                Aku tidak menghiraukan ucapan nenek itu, aku kembali ke handphoneku untuk mengirim sms ke mita yag telah lama menungguku di dalam perpustakaan.
                “Kamu belum mengucapkan terima kasih ke dia kan?” kata nenek itu tiba-tiba mengejutkanku masih dengan suasana awalnya, dengan tertawa kecil melihatku. Aku masih kesal dengan tawa itu. Aku telah menghilangkan kata ‘cinta’ dari kehidupanku. Jadi, jika sesuatu yang berbau ‘cinta’ pasti aku sangat kesal. Karena, aku tidak mau mengingat-ingat kejadian lalu dan tidak mau mengulangi khayalan-khayalan aneh yang kulakukan waktu dulu tentang cinta. Aku tidak mau itu terjadi lagi.
                Aku menyengir menganggukkan kepala sambil tersenyum lebar (terpaksa). Lalu aku kembali ke handphoneku.
                “kamu jangan anggap itu masalah sepele. Itu hutangmu ke dia” nenek itu berkata lagi, dan sekarang tidak dengan suasana awal. Sekarang dengan raut muka datar tanpa ekpresi. Aku menjadi takut melihat muka nenek itu “hehe, iya nek” balasku dengan senyum tipis kepada nenek itu.
                Memang benar dengan ucapan nenek itu. Tetapi, sangat berlebihan seorang nenek menasehatiku untuk kejadian itu. Emang ada apa dengan semua ini? Ini kan cuman kejadian biasa yang sering dialami seseorang di dalam angkutan umum. Terkadang remaja mengalah kepada ibu-ibu, bapak-bapak mengalah kepada ibu hamil, dan juga cowok mengalah kepada cewek untuk mendapatkan bangku di angkutan umum. Semuanya merupakan proses interaksi masyarakat terhadap kepedulian.
Tak lama itu, Busway berhenti. Aku bersiap-siap untuk turun, karena jika busway berhenti, pertanda, Kampus udah ada diseberang. Ketika aku hendak berdiri. Aku kaget, Dibalik jendela terlihat keramaian pasar Loak didepannya. Aku bingung, “mana kampusku? Kapan pindahnya?” pertanyaan bodohku terlontar tak sengaja. Aku masih kaku berdiri didepan bangku menghalangi nenek disebelahku keluar.
“kampus apaan toh ndok?” tanya nenek itu tertawa kecil “disini pasar, bukan kampus. Kampus mana bisa pindah” lanjutnya masih dengan tawaan yang menjengkelkan
                Aku langsung bergegas lari keluar busway menuju kaca depan busway melihat jurusan jalan yang tertera disana. Dan disana tertulis, Pasar loak-sudirman-diponegoro-pandau. “Oh my God, aku salah naik busway” aku menepuk dahi karena kecerobohanku. Aku sangat cemas, “bagaimana aku ke kampus? Kampus sangat jauh darisini. Jika aku naik busway, harus berapa lama aku menunggu?” ujarku dalam hati dengan raut muka begitu cemas. Aku melihat jam ditanganku menunjukkan pukul ‘08.30’. aku udah telat satu jam setengah.
                Aku mengurungkan niatku untuk ke kampus hari ini. “Mungkin satu kali absen tidak masalah” Pikirku. “Tapi, bagaimana dengan karya tulis ilmiah yang telah kukerjakan semalaman suntuk sampai jam 2 shubuh. Dan jika diungkit, aku telat gara tugas itu” kataku kecil sambil mondar-mandir di halte bus memikirkan apa yang kulakukan sekarang
                “Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Sekali-kali absen kan tidak apa-apa” ujar nenek itu tiba-tiba menghampiriku. Aku kaget, menoleh kebelakang ingin tau siapa yang bicara tadi. Aku memelas ketika nenek itu lagi berada dibelakangku.
                “Ada apa denga nenek ini? Kenapa dia selalu menjawab perkataanku?” bathinku. Bathinku tidak sesuai sekali dengan raut wajahku. Aku tersenyum lebar sambil nyengir dihadapan nenek itu. Lalu, aku mencerna omongan nenek itu.

Lanjut besok :v

0 komentar:

Posting Komentar