Cahaya
matahari menusuk jendela kamar kostku.
Aku yang semula tertidur pulas, terbangun karena mataku pedih terkena sengatan cahayanya. Tetapi, aku
mencoba menutup mataku kembali melengkapi tidur yang sangat kurang puas, sebab
aku harus tidur jam 2 untuk menyelesaikan Tugas karya tulis ilmiahku yang
memakai sistim SKS (Sistim Kebut Semalam).
Tiba-tiba,
handphoneku berdering lagu “Happy birthday”, aku langsung terduduk dengan mata
melebar. Kantukku hilang seketika, aku mengambil handphoneku dan melihat layar
handphoeku siapa yang ulang tahun hari ini. Aku tertenduk lesu, ketika aku
melihat nama yang tertera di layar itu. Yaitu, Hanif Wijaya.
Hanif Wijaya
adalah kakak kelasku yang tinggal bersebelahan dengan rumahku di pekanbaru. Aku
hanya berbeda 1 tahun dengannya. Kami
juga satu sekolah. Dia anak basket dan juga rohis. Dia sangat alim dan
juga ramah. Itu yang membuatku kagum dengannya. Sejak kelas 2 SMP aku
menyukainya, aku selalu mengikutinya Sholat ke masjid. Dari dia aku belajar
semua, dari menjadi detektif sampai berpura-pura menjadi tukang pos. Saat itu
aku berpura-pura mengantarkan surat kaleng yag berisi tentang perasaanku kepada
kak hanif tanpa mencentangkan nama. Kemudian, aku memberanikan diri memberi
surat itu secara langsung ke kak hanif dengan menyamar memakai pakaian pos. Aku
sangat tidak sadar, betapa nekadnya hal yang kulakuin waktu itu. Terkadang aku
tertawa sendiri mengingatnya.
Aku
juga suka dengan labor biologi, bukan karena aku menyukai pelajaran biologi.
Tetapi, karena labor biologi terletak di lantai dua. Di balik jendela labor
biologi terdapat lapangan basket yang
berada dibawahnya. Aku suka berdiam disitu jika jam istirahat, karena aku bisa
melihat kak Hanif sedang bermain basket disana bersama kawan-kawannya. Aku
mengintipnya dari balik jendela. Iya, dialah orang yang kusuka selama 5 tahun
belakangan.
Aku
banyak mengalami pengalaman karenanya, terkadang pahit dan terkadang juga
manis. Aku tidak banyak memiliki teman, karena aku termasuk orang yang lugu
disekolah dan yang tepatnya orang yang sering dibully didalam kelas, mulai dari
melengketkan permen karet ke kursiku sampai menukar nama di kertas ulanganku
dengan nama mereka. Hufft, masa SMA ku sangat menyebalkan. Padahal, sampai
sekarang aku tidak tau apa salahku L
Aku
ingat saat dia menolongku keluar dari WC. Yah, aku dibully oleh teman
sekelasku. Mereka mengunciku dari dalam WC. Aku berteriak sekuat-kuatnya Selama
kurang lebih 5 menit terkurung. Tiba-tiba ada yang berbicara dari depan WC ku.
“Ada
orang didalam?” Suaranya sedikit keras
Aku langsung
berhenti berteriak, Suara bariton itu sangat tidak asing bagiku. Aku berpikir
sejenak siapa yang dibalik pintu WC, mungkin karena aku tidak menjawab karena
kelamaan mikir, seseorang itu mengulang teriakannya. Aku baru ingat, itu suara
kak hanif. Jantungku berdetuk sangat kencang, aku menjawab dengan suara
gemetaran “ A-ada kak. Tolong bukain kak” suaraku sedikit terbata
“oke, menjauh
dari pintu” Perintahnya “1,2” Hitungnya tegas “3” lalu terdengar suara
tendangan yang amat keras. Akhirnya, pintu itu terbuka.
“eh, Syifa”
kejutnya melebarkan mataku. (Dia tau namaku, dari mana dia tau?)“kok bisa
terkurung?” tanyanya lembut. Lalu dia menarik tangaku keluar WC (dia memegang
tanganku, terasa waktu berhenti bergerak). Aku tidak bisa menjawab. Bibirku
kaku karena menatap matanya yang
berbinar ke arahku. Lalu dia menggelengkan tangan kanannya tepat kedepan mukaku
“syifa, kamu kenapa?” tanyanya masih ragu
Aku behenti melamun, “eh, gak apa-apa kak. Makasih banget ya kak”
jawabku gemetaran dan sungkan. Aku lalu
melepaskan peganganku dari kak hanif. Karena sepertinya dia sedikit resah
karena aku memgangnya sedikit lama.
“kakak duluan ya, hati-hati lagi kalau mau ngunci pintu WC” ujarnya
tertawa kecil, kemudian sejenak memegang bahuku lalu berjalan keluar dari WC. Aku
masih berpatung disana, tidak percaya apa yang terjadi beberapa detik yang
lalu.
Banyak kejadian yang aku dapatkan menjadi seorang secret admirernya kak
hanif. Tetapi sayang, sekarang hanya menjadi kenangan. Sejak aku kelas 3 SMA,
semuanya hilang. Labor biologi terasa hampa tanpanya, sekolahpun juga begitu.
Dan dari situ aku mulai berpikir, itu hanya imajinatif hatiku yang terlalu
tinggi. Aku selalu berharap kak hanif peka dengan perasaanku. Tetapi itu tidak
mungkin, aku hanya seorang anak yang lugu dan sangat jelek.
Aku mulai meninggalkan semuanya
tentang kak hanif. Yah, Aku sekarang berada di Bandung, dan dia masih di pekanbaru
melanjutkan kuliahnya. Aku melanjutkan kuliahku di ITB. Alhamdulillah, aku
lulus tes dan menjadi mahasiswa undangan di ITB Bandung. Sekarang aku jauh dari
kak hanif, memang ini alasanku mengikuti tes ITB, agar aku bisa lebih fokus
mengejar impianku yang selama 5 tahun suram tanpa penerangan. Sekarang, aku
memulai semuanya dengan baru. Menjadi anak kost dan anak busway. Terkadang aku
juga menganggap diriku kutu buku. Hehehe. Karena aku selalu membawa buku kemana
aku pergi dan juga jika hari libur, aku suka berdiam diri didalam perustakaan
membaca semua buku yang menarik. Hidupku berubah seketika, karena tak ada lagi
yanag namanya CINTA.
Handphoneku berdering kembali, lamunanku semua buyar. Aku kembali
sadar. Kali ini bukan ulang tahun lagi, tetapi sms dari bestfriendku mita.
|
Aku terkejut, aku menoleh kebelakang melihat jam. “Oh my god, jam 7?”
Ujarku keras spontan. Aku melompat dari kasur dan bergegas mandi dan memasang
baju.
10
menit kemudian ...
Aku berlari keluar dari kosku, karna
takut ketinggalan busway. Aku masih membenarkan isi tasku berisi buku yang sangat
berantakan. Dan ternyata benar, baru aku sampai di halte, buswaynya langsung
berjalan. “eh pak, pak, tunggu.” Teriakku sambil berlari mengejar busway.
Busway itu masih berjalan, tiba-tiba berhenti seketika. Petugas karcis lalu
turun dengan muka sinis “cepat mbak” suaranya datar menakutkan
Aku masuk kedalam busway sambil
menundukkan kepala karena menahan malu dengan semua orang didalam. Sambil
mencari bangku yang kosong, aku teromabang-ambing karena aku belum menemukan
pegangan. Bangku yang kosong masih ada di paling belakang. Aku harus menempuh jarak
lagi untuk kesana. Tiba-tiba cowok yang duduk disampingku berdiri. Dia mempersilahkanku
duduk tanpa melihatku. Mukanya ditutupi masker dan Kepalanya ditutupi topi dari
jacketnya. Dia memegang tas yang kelihatannya sangat berat, terlihat dari
gembungnya tas itu. Aku kaget dan sedikit ragu untuk kebaikan hatinya. Tetapi,
aku masih bingung, ada apa dengan cowok itu? Dia langsung duduk dibelakang,
dimana tempat duduk tujuanku tadi. Kemudian kembali tertidur. Orang-orang pada
melihatku, aku sedikit sungkan untuk duduk. Terpaksa, aku harus duduk. Mana
mungkin aku tidak duduk. Bisa-bisa aku ditabokin oleh seluruh warga busway.
Aku belum sempat mengucapkan
terima kasih kepada cowok itu. Dia turun
terlebih dahulu di halte transit, sedangkan aku masih melanjutkan perjalanan ke
kampus. Ketika aku hendak menggerakkan mulutku mengucapkan ucapan terima kasih,
dia telah turun duluan dan pintu halte secara otomatis tertutup.
Aku menyesal tidak megucapnya
lebih awal. Tetapi, bagaimana lagi? Walaupun kebaikan sekecil itu harus dibalas
dengan ucapan terima kasih. Itu perintah orang tuaku yang diiberikannya
kepadaku. Aku berdiri berpaling kebelakang melihat cowok itu yang masih berada
dihalte. Kemudian aku duduk kembali.
“cie, cinta bersemi didalalam
busway” ujar seorang nenek disampingku sambil tertawa kecil . Aku kaget, lalu
melihat nenek itu. (tau apa nenek ini tentang bersemi? Bersemi itu kan tumbuh
kembali. Cinta yang lama tumbuh kembali. Sedangkan aku, orangnya aja kagak
kenal. Darimana berseminya? Memang-memang, nenek yang menjadi korban
sinetron-sinetron indonesia) ujarku gondok didalam hati.
Aku tidak menghiraukan ucapan
nenek itu, aku kembali ke handphoneku untuk mengirim sms ke mita yag telah lama
menungguku di dalam perpustakaan.
“Kamu belum mengucapkan terima
kasih ke dia kan?” kata nenek itu tiba-tiba mengejutkanku masih dengan suasana
awalnya, dengan tertawa kecil melihatku. Aku masih kesal dengan tawa itu. Aku telah
menghilangkan kata ‘cinta’ dari kehidupanku. Jadi, jika sesuatu yang berbau
‘cinta’ pasti aku sangat kesal. Karena, aku tidak mau mengingat-ingat kejadian
lalu dan tidak mau mengulangi khayalan-khayalan aneh yang kulakukan waktu dulu
tentang cinta. Aku tidak mau itu terjadi lagi.
Aku menyengir menganggukkan
kepala sambil tersenyum lebar (terpaksa). Lalu aku kembali ke handphoneku.
“kamu jangan anggap itu masalah
sepele. Itu hutangmu ke dia” nenek itu berkata lagi, dan sekarang tidak dengan
suasana awal. Sekarang dengan raut muka datar tanpa ekpresi. Aku menjadi takut
melihat muka nenek itu “hehe, iya nek” balasku dengan senyum tipis kepada nenek
itu.
Memang benar dengan ucapan nenek
itu. Tetapi, sangat berlebihan seorang nenek menasehatiku untuk kejadian itu.
Emang ada apa dengan semua ini? Ini kan cuman kejadian biasa yang sering
dialami seseorang di dalam angkutan umum. Terkadang remaja mengalah kepada
ibu-ibu, bapak-bapak mengalah kepada ibu hamil, dan juga cowok mengalah kepada
cewek untuk mendapatkan bangku di angkutan umum. Semuanya merupakan proses
interaksi masyarakat terhadap kepedulian.
Tak lama itu, Busway berhenti. Aku bersiap-siap untuk turun, karena
jika busway berhenti, pertanda, Kampus udah ada diseberang. Ketika aku hendak
berdiri. Aku kaget, Dibalik jendela terlihat keramaian pasar Loak didepannya.
Aku bingung, “mana kampusku? Kapan pindahnya?” pertanyaan bodohku terlontar tak
sengaja. Aku masih kaku berdiri didepan bangku menghalangi nenek disebelahku
keluar.
“kampus apaan toh ndok?” tanya nenek itu tertawa kecil “disini pasar,
bukan kampus. Kampus mana bisa pindah” lanjutnya masih dengan tawaan yang
menjengkelkan
Aku langsung bergegas lari
keluar busway menuju kaca depan busway melihat jurusan jalan yang tertera
disana. Dan disana tertulis, Pasar loak-sudirman-diponegoro-pandau. “Oh my God,
aku salah naik busway” aku menepuk dahi karena kecerobohanku. Aku sangat cemas,
“bagaimana aku ke kampus? Kampus sangat jauh darisini. Jika aku naik busway,
harus berapa lama aku menunggu?” ujarku dalam hati dengan raut muka begitu
cemas. Aku melihat jam ditanganku menunjukkan pukul ‘08.30’. aku udah telat
satu jam setengah.
Aku mengurungkan niatku untuk ke
kampus hari ini. “Mungkin satu kali absen tidak masalah” Pikirku. “Tapi,
bagaimana dengan karya tulis ilmiah yang telah kukerjakan semalaman suntuk
sampai jam 2 shubuh. Dan jika diungkit, aku telat gara tugas itu” kataku kecil
sambil mondar-mandir di halte bus memikirkan apa yang kulakukan sekarang
“Sudahlah, jangan terlalu
dipikirkan. Sekali-kali absen kan tidak apa-apa” ujar nenek itu tiba-tiba
menghampiriku. Aku kaget, menoleh kebelakang ingin tau siapa yang bicara tadi.
Aku memelas ketika nenek itu lagi berada dibelakangku.
“Ada apa denga nenek ini? Kenapa
dia selalu menjawab perkataanku?” bathinku. Bathinku tidak sesuai sekali dengan
raut wajahku. Aku tersenyum lebar sambil nyengir dihadapan nenek itu. Lalu, aku
mencerna omongan nenek itu.
Lanjut besok :v
Lanjut besok :v
0 komentar:
Posting Komentar