Andai waktu
kehilangan arah
“Adakah waktu yang ingin kau ulang dalam hidupmu? Jika iya, kau bisa
melakukannya saat ini”
Lihat langit
itu! Lihatlah, betapa agungnya dia menampakkan tirai birunya itu dengan
bumbu-bumbu nebula putih di lapisan epidermisnya. Aku ingin sekali menghampirinya,
untuk sekali saja. Jika waktu dapat berbaik hati dan tidak kejam seperti yang
mereka duga, kuanggap itu sungguh luar biasa. Yang kudapatkan melebihi gua
intan di tengah keramaian, yang seakan aku menjadi orang paling beruntung di
atas tanah yang kupijak ini. Dan lebih perihnya hingga menyangkal hati,
mengandaikan suatu keadaan yang mustahil.
Bergulirnya
waktu-waktu, membuat semua menjadi berubah. Dan lebih egoisnya, setiap
perubahan itu takkan mampu menjadi sedia kala jika bermasalah dengan waktu.
Lihat saja langit yang baru saja aku pandangi, dia sudah membuka tirai birunya
itu lalu beranjak pergi tanpa belas kasihan. Dan kini, hanya terlihat kekosongan
bola dan para bintang yang masih tetap bernaung untuk menerangi bumi dengan amal menemani bulan yang sendiri.
Kata
orang, bahkan semua orang. Bahwa waktu takkan mungkin bisa kembali. Tetapi itu
bukan padaku. Bukan pada seorang aku yang masih memegang prinsip. Filosofis
tentang kejayaan bulan yang bisa menutupi matahari, itu sebuah tanda. Lalu
menujum kegelapan bumi yang makro sekali. Ada yang tau filosofis itu? Ya, aku telah mengungkapkannya disini. Bersama ketidakpercayaan
sanubariku yang dapat memikirkan sejauh ini aku bernalar.
Gerhana
matahari total, itu adalah fenomena alam yang luar biasa. Jika itu terjadi,
maka waktu akan kehilangan arah. Dia lupa akan dimana dia berposisi, dimana
tujuannya akan berhenti, dan dimana dia akan melaju untuk pergi. Dengan
beberapa detik dia dapat mengalahi matahari, dia akan menjadi sedia kala. Bahkan,
akan ada penyelamatan terjadi.
Semua
terfokus dengan langit hitam tanpa bintang dan bulan yang benderang, hanya
mengandalkan lampu Thomas disudut-sudut pinggiran, aku melihat masa-masa lampau
yang berlakon. Dan kenyataan segera dimulai …
“Dia memang ada. Kegelapan yang menjadi keputus asaanku meraih mimpi.
Yang orang bilang itu luar biasa, namun bagiku itu keterpurukan”
Febbyalp
10 July 2014