Rabu, 22 April 2015

Cerpen

Edit Posted by with No comments
Tema : JATUH CINTA DIAM-DIAM


RAHASIA BESAR
 
“Hei, kau! Selamat Ulang tahun” Ujar gadis yang selalu semena-mena terhadapku. Dia mendekat ke arahku dan duduk disampingku. Ia mengambil roti tanpa selai dan menaruh pinggir roti yang bewarna coklat itu ke piringku. Kebiasaannya yang sudah ku maklumi.
Aku masih menatapnya dengan sengit. Ia selalu begitu, tanpa adanya rasa sopan kepada laki-laki yang selalu membantunya mengerjakan PR, membuatkan makanannya jika ibu tidak di rumah, dan hal lain yang tidak semestinya laki-laki melakukan seperti itu kepada perempuan.
Tak lama setelah itu, ia memberiku sebuah kotak kecil berpita merah ke arahku. Aku terkejut. Tidak biasanya dia seperti ini.
“Ini sungguh hadiahmu untukku? Sejak kapan kau mau memberikan ku hadiah seperti ini?”
Aku masih tak percaya ia memberikan hadiah seperti ini kepadaku. Selama ini, jika aku berulang tahun, ia hanya memberiku sebungkus permen , karet gelang, pensil, penghapus, dan barang-barang aneh yang lebih baik tidak usah  di berikan.
“Kau sedang beruntung tahun ini” ujarnya
Ibu dan ayah yang saat itu sedang duduk dihadapan kami di satu meja makan, menyuruhku segera untuk membukanya. Ibu dan ayah juga heran dengan gadis kecilnya ini ketika memberikanku hadiah yang benar-benar terlihat hadiah.
Setelah aku membukanya, aku terheran dengan hadiah yang ada di dalamnya. Sebuah gelang hitam yang dibungkus plastik yang kotor. Plastik bening itu seperti ditaburi bumbu-bumbu makanan. Aku mengambilnya dan menerawangnya dengan heran. Ibu dan ayah pun demikian. Sedangkan gadis disebelahku ini hanya sibuk memakan roti tanpa selai dan pinggir rotinya itu.
“Itu hadiah dari ciki-ciki yang kubeli kemarin” Ujarnya tanpa rasa bersalah
Aku mengendar kepalaku ke arahnya. Menatap dirinya yang sedang meneguk segelas susu dan berlari keluar rumah dan berteriak di depan rumah “Ibu, Ayah aku pergi! Kevin cepatlah! Jangan terlalu terpesona dengan hadiahku! Salahmu sendiri, mengapa lahir saat bulan tua!”
Ibu dan Ayah lalu tertawa bersama. “Kamu yang sabar ya!”. Aku lalu menyalami ibu dan ayah dan berlari keluar menyusulnya
Gadis itu bernama kerin. Umurnya sama denganku. Kami sudah bersama sejak kecil. Sejak aku berumur 2 tahun. Kami selalu bermain bersama, bercerita bersama dan liburan bersama. Karena itu, ia semena-mena terhadapku. Ia sudah menganggapku sebagai kakak laki-lakinya, tetapi bagiku aku adalah budaknya.
10 tahun yang lalu, aku tertimpa kemalangan. Ibu dan ayahku mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Mereka meninggalkan ku saat aku masih berumur 7 tahun dan kakak laki-lakiku 16 tahun. Kami berdua akhirnya di rawat oleh ibu dan ayah kerin. Mereka mengangkat kami berdua menjadi anak mereka. Aku sangat bahagia bisa mengenal mereka. Mereka sangat baik sekali kepada kami berdua. Malahan ibu dan ayah lebih menyayangiku daripada kerin. Gadis tunggal mereka yang fanatic sekali dengan anime.
Kerin adalah cinta pertamaku, aku menyukainya sejak lama. Walau dia berprilaku seperti itu kepadaku, aku sangat bahagia. Bisa bersamanya selama ini. Dia bersifat buruk di depanku, di depan orang lain sangat berubah 360 derajat. Tetapi ntah mengapa aku tetap menyukainya.
Kakakku mendapatkan sebuah rumah di tempat kerjanya. 2 kali seminggu ia mengunjungi kami untuk makan malam bersama dan bercerita hal-hal yang dialaminya saat ia berkerja. Begitulah perguliran kehidupan kami. Tanpa ada yang mengetahui bahwa aku diam-diam menyukai kerin.
Saat di gerbang sekolah, gadis-gadis mengerumuniku seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku cukup terkenal di sekolah. Mungkin karena prestasi akademis dan wajahku. Yang bahkan tidak kusadari. Aku baru sadar setelah teman SMP ku memberitahuku tentang deskripsi diriku.
Tiba-tiba kerin menghalangi jalan mereka ke arahku dan mengeluarkan sebuah kantong plastik besar dan membukanya lebar “Hadiah yang ingin kalian berikan masukkan kesini ya, Kevin tidak akan sanggup membawanya sebanyak itu dengan dua tangan” Ujar kerin yang aku sudah kuketahui tipu muslihatnya. Hal yang dilakukannya tiap ulang tahunku. Hadiah milikku pun di ambilnya.
SAAT KELUAR MAIN
            “Kevin! Lihat ini. Dan dengarkan baik-baik” Ia menunjuk boneka beruang lalu tertawa. Ia menekan badan boneka itu dan tiba-tiba mengeluarkan Suara “Hai kak Kevin! Aku menyukai kakak sejak pertama kali bertemu kakak. Aku sudah …” Suara itu belum selesai. Aku mengambil boneka itu dan membuangnya ke lantai
            Kerin terkejut, lalu ia menatap nanar padaku “Ada apa denganmu?” Bentaknya. Seisi kelas menatap kami berdua. Hal yang biasa yang mereka saksikan jika kami berantam. Tapi kali ini berbeda, aku tidak menggubris bentakannya. Aku berjalan keluar kelas dengan muka datar. Aku pergi ke atas balkon kelas. Tempat biasa yang kusinggahi.
            Tak kusangka kerin menyusulku dari belakang dan membalikkan badanku dengan kasar,
            “Kau dingin sekali!” Bentaknya lagi dengan raut wajah yang begitu serius Aku tak menjawabnya. Aku hanya diam. “Apakah kau tidak tahu bagaimana perasaannya? Dia telah lama menyukaimu!” bentaknya lagi. Aku membuang mukaku menatap ke arah yang lain.“Kau bahkan tidak ingin mendengarnya hingga selesai! Setidaknya jika kau tidak suka, kau menghargai pemberian orang lain. Rumor yang ku dengar, gadis itu masuk ke sekolah ini karena dirimu. Tidakkah sedikit kau menaruh perhatian padanya atas usaha yang ia lakukan”
            “Apakah itu penting? Kau sekolah untuk belajar bukan untuk orang lain” Jawabku
            “Sangat Penting! Cewek menyukai seseorang dengan tulus. Kau tidak tahu kan? Ya, begitulah pria!” Ujarnya
            “Bagiku tidak penting. Tidak semua pria seperti itu! Pandanganmu sempit sekali. Dan jika pria melakukan itu, mungkin ada alasannya” Jawabku masih dengan datar
            Kerin tertawa sinis “Baru kali ini aku bertengkar hebat denganmu! Jika kau tidak ingin melihat kemarahan terbesarku, ambil ini dan dengarkan sampai selesai!” Ujarnya mengambil tanganku dan menaruh boneka beruang yang tadi ku buang.
            Dengan cepat aku membuangnya. Aku hanya diam menahan amarahku yang ingin sekali ku lontarkan bahwa aku hanya menyukai dirinya bukan orang lain. Apakah ia tidak mengerti?
            Kerin terkejut. Ia menghembuskan nafasnya dalam-dalam dan menutup mata lalu membukanya kembali “Oh, ternyata kau seperti itu! Aku baru mengetahuinya! Aku tidak menyangka aku tinggal serumah dengan laki-laki berhati buruk sepertimu!” Bentaknya yang kali ini aku kaget mendengarnya
            “Ya! Aku memang sangat buruk! Aku bahkan tidak bisa memahami perasaanku sendiri! Mengapa aku bisa menyukai gadis yang selalu memperlakukanku buruk, dan kini ia membentakku karena aku menolak cinta orang lain yang sudah 3 tahun menyukaiku. Apakah gadis berprilaku buruk itu tidak tahu? Bahwa aku sudah menyukainya sudah15 tahun?  Mungkin ia tidak menganggapku sebagai laki-laki. Aku memang bodoh! Memang benar aku adalah pria berhati baja! Apakah kau puas?” Jawabaku  dengan keras. Baru kali ini aku membentaknya sekeras itu. Aku pergi tanpa memperdulikannya yang terpaku berdiri menatapku bingung.
            Dan akhirnya rasa itu terlontarkan. Aku tidak bisa memegangnya lebih erat lagi. Seharusnya aku harus mengenggamnya lebih lama lagi. Tetapi kerin cukup kuat untuk membebaskan rasa itu lari keluar.
TIBA DI RUMAH
            Aku pulang tanpa salam yang kuberikan untuk ayah dan ibu. Pandanganku kosong. Karena aku diambang keraguan. Apakah aku puas karena aku telah memberitahukan kerin bagaimana perasaanku selama ini? Atau aku cemas karena kerin telah mengetahuinya dan aku akan canggung bertemu dengan kerin?
            “Dimana Kerin?” Tanya ibu padaku saat aku ingin membuka pintu kamar.
            Aku sedikit terkejut. Dia belum pulang? Ada apa dengannya? Kukira aku yang pulang sedikit terlambat. Karena pergi ke taman sebelum pulang.
            “Mungkin dia ke tempat temannya bu” jawabku bohong.
            “Kalian tidak pulang bersama?” Tanya ayah yang cukup heran
            “:Tadi kevin singgah ke toko buku sebentar. Jadi kami tidak pulang bersama” Jawabku bohong lagi. Padahal aku pergi ke taman kota untuk menenangkan diri.
            Ayah dan ibu tampaknya mengerti. Akhirnya aku masuk kamar dengan tenang.
3 JAM KEMUDIAN
            “Kerin! Lama sekali kamu pulang. Kamu dari mana saja bersama temanmu?” Ujar ibu yang kudengar dari balik pintu. Aku menguping cerita mereka
            “Ha? Ke suatu tempat yang menyenangkan bu” Jawab kerin. Aku yakin bahwa dia berbohong. “Dimana Kevin? Dia sudah pulang?” Tanya kerin tiba-tiba yang membuatku kaget. Ia menanyakan tentang diriku
“Dia sudah pulang duluan darimu” Jawab ibu
“Kerin” Panggil Ayah. Kerin membalikkan badannya menghadap ayah. “Berhentilah bersenang-senang dengan temanmu. Menurut ayah itu sudah cukup. Kalian sudah kelas 3 SMA, saatnya memasuki jenjang kuliah. Kamu harus memikirkan masa depanmu. Tidak bisakah kau meniru Kevin? Kalian tinggal serumah tetapi sangat berbeda jauh. Kevin baru saja pulang dari toko buku. Tetapi kamu malah bersenang-senang dengan temanmu di tempat yang gak jelas dimana”
Aku kaget di kamar saat mendengar ayah memujiku. Dan aku lebih kagetnya lagi saat ayah menyahut namaku dari luar. “Kevin, keluar sebentar”
Baru kali ini aku merasakan gemetar yang luar biasa. Rasa canggung bertemu kerin masih terngiang di pikiranku. Tanggapanku benar-benar bodoh. Tetapi apa boleh buat, aku harus menerima kenyataan yang ada di depan. Karena aku lalai membiarkan rasa diam-diam suka itu keluar, aku harus bertanggung jawab melepaskannya.
Aku keluar dengan muka tanpa keraguan sedikitpun. Kerin melihatku, aku tetap memasang muka biasa. Tanpa terjadi sesuatu antara kami berdua.
“Kevin, tolong perhatikan kerin di kelas. Jangan biarkan ia lengah sediktpun. Larang ia ketika ingin pergi bersama teman-temannya untuk bersenang-senang. Juga, tolong ajarkan dia pelajaran yang tidak ia mengerti. Ayah berharap banyak padamu Kevin.” Ujar ayah
“Baik yah” aku menganggukkan kepala. Kerin masih menatapku, aku tidak berani menatapnya. Aku masih menatap ayah yang walaupun ayah sedang tidak menatapku.
“Dan juga, usahakan kalian selalu pulang bersama. Jika ia seperti itu terus, siapa yang akan ingin menikah dengannya. Jangankan menikah, suka dengannya pun ayah ragu siapa orangnya. Jika ada yang menyukainya, mungkin orang itu orang tidak jelas” Jawab ayah yang benar-benar mengagetkanku.
Aku menelan ludah saat mendengar omongan ayah di detik terakhir ini. Aku adalah orang yang tidak jelas disebut ayah karena aku menyukai kerin. Aku merasakan gemetarku menjalar ke seluruh tubuh dan di tambah malu di depan kerin.
 Tiba-tiba saja kerin tertawa menatapku. Ibu dan Ayah heran menatapnya. Aku menatapnya sekali, lalu masuk ke kamar karena ku rasa ayah dan ibu tidak berbicara lagi. Lalu muncul ide di pikranku. Aku lebih baik menginap di tempat kakak beberapa hari ini untuk menenangkan diri.
Aku kembali keluar pintu kamar, semua yang ada menatapku kaget “Ayah, ibu. Selama 3 hari ini aku akan menginap ke tempat kakak. Tiba-tiba aku kangen dengan kakak. Bolehkan?” Tanyaku pada mereka
Ayah tertawa “Siapa yang melarangmu kevin. Silahkan. Kecuali kerin yang memintaku seperti itu, akan kularang keras” jawab ayah sedikit candaan..
Lalu aku dengan segera masuk lagi ke kamar mengemas barang-barang yang akan ku bawa untuk menginap ke tempat kakakku, Kiki.
“Ayah ibu aku pergi dulu ya” ucapku dengan tergesa-gesa. Aku tidak ingin melihatkan muka ku ini menatap kerin. Dengan cepat aku sampai ke pintu pagar dan mulai berjalan dengan santai.
DI RUMAH KAK KIKY
            Aku menaruh tasku dan dengan segera membuka tudung nasi di meja makan. “Kak, tidak ada lauk?” Tanyaku heran. Perutku belum terisi sejak di sekolah. Karena situasi yang tak terduga itu, aku tidak ingat untuk makan.
            “Tidak ada. Kau tidak bilang ingin kesini. Kakak tidak membuat persiapan apa-apa” Jawab kak kiky yang sedang menyetrika bajunya.
            Kehidupan kak kiky benar-benar perfect sekali. Ingin aku menjadi sepertinya ketika sudah dewasa nanti. Ia berpenghasilan cukup dan telah memilki rumah, namun ia belum memikirkan wanita pendampingnya hingga saat ini. Apakah ia benar-benar tidak memilki wanita yang ia suka? Tetapi ia kan pria normal. Atau mungkin ia sama denganku menyukai wanita secara diam-diam? Aku harus bertanya pada kak kiky. Sebagai adik, aku harus wajib mengetahuinya. Jika tidak, aku tidak akan memilki kakak ipar. Tinggal tunggu keadaan yang tepat aku menanyakannya.
            “Yah, padahal aku lapar sekali” Jawabku memegang perut.
            “Yasudah, kita makan di luar saja. Kakak juga belum makan”. Mendengar itu aku sangat senang sekali. “Kita jalan saja ya, tempat makan favorit kakak dekat dari sini”
            Setelah bersiap-siap dan mengunci pintu. Kami berdua pun  akhirnya berjalan berdua sebagai kakak dan adik. Ah, sudah lama aku tidak merasakan rasa rindu berjalan berdua seperti ini. Sejak ia sibuk dengan dunia kerjanya. Dia jarang membawaku keluar.
            “Kak, aku ingin menanyakan sesuatu padamu” jawabku memulai pertanyaan tujuanku. Kakakku memutar kepalanya padaku “Apa yang ingin kau tanyakan?”
            “Kau tidak pernah jatuh cinta? Aku belum pernah mendengar ceritamu tentang gadis yang kau sukai. Aku ingin sekali mendengarnya”. Kak kiky hanya tersenyum padaku. “Kau benar-benar ingin tau? Nanti kakak akan ceritakan”.
            “Baiklah” jawabku
TEMPAT MAKAN
            “Aku selalu membawa gadis itu kesini” Ujar kak kiky saat duduk di meja makan.
            Aku kaget tak percaya. Aku tidak menyadari kalau kak kiky pernah membawa sesorang berkencan dengannya. Aku adik yang buruk.
            “Kakak suka dengan senyumnya. Kakak suka dengan tawanya dan kakak menyukai segala tentang dia” Aku semakin semangat mendengar cerita kak kiky. Tiba-tiba saja pelayan datang menganggu. Kak kiky dengan segera memberitahu makanan dan minuman yang akan di pesan. Dan pelayan itu pergi.
            “Lalu kak?” Tanyaku penasaran dengan gadis yang ia sukai. “Ya, walau kakak jarang bertemu dengannya dan kakak tidak mengetahui perasaannya terhadap kakak, kakak tetap saja menyukainya. Dia periang dan selalu menjadi diri sendiri. Itu yang kakak suka darinya”
            Ternyata kak kiky sama denganku, menyukai wanita diam-diam. Kak kiky banyak bercerita kali ini. Baru kali ini aku mendengar ia berbicara banyak tentang wanita. Ia tampak semangat sekali menyebutkan kebiasaan dan deskripsi-deskripsi tentang cewek itu. Aku semakin penasaran dengan siapa orang yang menyebabkan kak kiky jatuh. Bagaimana wajahnya, dan prilakunya. Aku sangat ingin tahu.
            “Kapan-kapa ajak kevin makan bersama gadis itu ya kak. Kiky penasaran siapa dia” Ujarku melahap makanan dengan rasa senang, sedikit melupakan kejadian memalukan antara aku dan kerin.
            “Kau sudah tahu orangnya dan kau sudah lama mengenalnya.” Ujar kak kiky tertawa kecil. Aku kaget “maksud kakak?”.
            Makanku terhenti ketika kak kiky mengatakan bahwa yang ia sukai adalah Kerin. Orang yang kusuka selama 15 tahun. Kami kakak beradik sama-sama menyukainya. Ada apa dengan takdir ini? Apakah wanita sesempit ini? Mengapa aku harus melawan kakakku untuk menyukai seorang wanita?
            Aku melanjutkan makanku. Aku tak ingin mengecewakannya. Akan bertekad untuk melepaskan kerin untuk kakakku. Wanita bukan sedikit. Aku harus mulai terbuka dengan semua orang.
            “Kevin? kamu memikirkan sesuatu?” Tanya kak kiky yang menangkap wajahku yang tegang. “Tidak kok. Aku hanya kaget kenapa kakak suka dengan gadis bodoh seperti dia” Jawabku.
            “Ya itulah cinta, membutakan” jawab kak kiky.
            Aku masih melanjutkan makanku. Tetapi pikiranku melayang ntah kemana. Antara khawatir dan cemburu. Situasi semakin memburuk. Padahal aku ke tempat kak kiky untuk menenangkan pikiranku. Tetapi, sebaliknya. Namun aku bertekad, bahwa aku akan melupakan kerin bagaimanpun caranya. Aku tidak akan mengecewakan kakaku demi wanita.
            Saat tiba di rumah keluarga kerin, aku membuatkan surat untuknya dan menyelipkannya di bawah pintu kamarnya. Aku memberitahukannya bahwa untuk melupakan semua perkataan yang kuucapakan itu. Aku berkata bahwa aku tidak lagi menyukainya dan segala perihal tentangnya aku sudah tidak mengingantnya lagi. Jadi aku berharap kita seperti biasa lagi menjadi keluarga. Adik dan kakak yang saling berantam. Dan kerin tetap memberikan pinggiran roti yang coklat itu ke piringku. Aku sangat berharap ia tidak akan canggung kepadaku.
10 TAHUN KEMUDIAN
            “Ayah, ayo kita ke tempat nenek” Ujar gadis mungil berumur 2 tahun ini menarik celanaku. Aku kemudian mengucek-ngucek rambutnya.
            “vin, ayo kita pergi” Ujar kerin tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.
            Ternyata inilah rahasia takdir. Kenyataan yang tidak bisa dipungkuri. Memang hukum alam saat kita harus merasakan kesusahan terlebih dahulu sebelum merasakan kesenangan. Itulah  bumbu-bumbu yang sedap dalam kehidupan. Yang lebih menarik, karena kita dapat merasakan seluruh type kehidupan. Kak kiky hanya membohongiku yang berkata bahwa ia menyukai kerin. Ia hanya menguji rasa cintaku. Aku baru mengetahui saat aku telah kuliah dan akan memasuki dunia kerja. Jujur, aku saat itu belum juga bisa melupakan kerin. Karena aku selalu berjumpa dengannya tiap hari. Dan dia selalu berprilaku buruk kepadaku, dan itu sangat kusukai.
            Kerin datang pada kakaku dan menceritakan semuanya saat kami sedang bertengkar di atas balkon sekolah. Sampai saat itu, ia juga belum menyadari perasaanya terhadapku seperti apa. Dia memang cemburu jika banyak cewek yang mendekatiku. Tetapi kerin tidak menanggapi rasa itu. Ia tidak mengetahui rasa yang ia alami itu adalah cinta.
            Akhirnya, kak kiky memutuskan untuk menjadi penengah antara kami berdua. Rencananya berhasil menjadi sebuah rahasia besar selama bertahun-tahun. Karena, ia juga tidak ingin kami berpacaran di satu rumah jika kami mengetahui perasaan kami masing-masing. Ia memang ingin menjodohkan kami berdua. Tetapi ada saatnya. Jika berpacaran di awal, kemungkinan putus akan lebih besar. Maka itu ia mengatur siasat. Ia juga ingin mengetahui seberapa besar cintaku padanya. Ternyata ia memberiku acungan jempol, karena aku mampu mengalah demi dirinya. Itu membuktikan bahwa aku lebih mencintai daripada kerin.
            Ayah dan Ibu juga tertawa mendengar cerita kami berdua. Ia tidak tahu bagimana perasaanku ketika disebut orang tidak jelas olehnya karena menyukai kerin. Dan pada hari itu juga aku memberitahukan perasaanku pada kerin. Kami saling tertawa mengingat masa lalu yang penuh dengan berbagai rasa. Apalagi ketika aku dan kerin saling berantam dan tidak meperdulikan kodrat masing-masing.
               Menyukai seseorang secara diam-diam lebih menarik ketimbang menyukainya dengan blak blakan. Kita akan menemukan sejuta keajaiban yang tidak akan ketahui. Takdir telah tertulis, jalan hidup yang akan menuntun kita kepada takdir tersebut. Jangan takut untuk jatuh cinta. Tetapi, jatuh cintalah dengan benar. Falling in love secretly is interesting youth

Nama Saya Febby Alianti Putri. Saat ini saya terdaftar sebagai pelajar di SMAN 4 Pekanbaru. Umur saya sudah 17 tahun dan tahun ia saya kelas XI. Beberapa bulan lagi saya akan memasuki kelas XII (Aamiin). Untuk mengetahui lebih dekat, bisa dihubungi di FB : https://www.facebook.com/febbyalp Dan saya juga memiliki blog. Jika teman-teman berkenan melihatnya, silahkan kunjungi www.journeyoflifefebby.blogspot.com . terima kasih ..