Kamis, 03 Juli 2014

Edit Posted by with 3 comments


Aku bersama angin laut

Sembari menginjakkan kaki ke pasir kering kemarau sepi, aku menahan panas yang begitu menyerngit ulung hati. Kebiasaanku menghilangkan tragedy saat ini, mengkhayalkan apa yang ingin kuabadikan.
                Terbangun oleh kerang-kerang mungil yang bertebar dipesona pesisir pantai, aku tertegun. Jalan lurus. Tanpa kelokan yang mengunyahku akan waktu itu. Tiada, bersama angin laut menyambar dikala petir hujan sang nimbus.
                Aku dimandikan matahari, sang bersahaja pemalu sakti. Perangai berisik angin menyapu senja, tak lari dari prolog cerita. Seperti menyahut-nyahutku agar pergi ke hulu. Meneduh ke pohon kelapa yang tiada berdahan, hanya lengkungan kayu beririsan untuk duduk dipangkuan.
                Terhanyut dengan sebutir pasir yang saban akan hempasan ombak, aku mengadu pada suara hati. Angin laut telah diseberang, berharap kembali menggoyangkan daun-daun bertulang panjang.
                Titipkan salamku ..
                Wahai kapal yang berlabuh diakhir tebing. ..
                Aku dan dia tak lagi bersatu, bawakan bintang yang memancar terang untuk berlari ke singgasana. Bawakan malam untukku …
                Curahan sinar-sinar membabi buta di cakrawala, bersama indahnya barisan burung-burung kembali keperaduannya.
                Serinai kembali berbisik, tanda kaki kembali melangkah menghanyut sepi.
                                                                               
                                                “Jejak-jejakku bersamamu, kutinggalkan bersama pantai
yang takkan surut oleh takdir pekam maha kuasa”
~Febby alp
3 juli 2014

3 komentar: