Pernah
terjadi
“Bicaralah pada dahan itu kawan. Tanyakan kepadanya, apakah aku benar
atau salah?”
Awan
membutuhkan air dan matahari untuk membuatnya menjadi hujan. Air sang
penghanyut, dan matahari sang penyengat. Aku tak memikirkan kata sang yang
menjadi awal dari julukan mereka. Yang kutahu, mereka adalah kunci dari
suksesnya awan membuat hujan.
Aku
berteriak pada angin yang menjelma menjadi topan, “Apa yang membuatmu menjadi
brengsek? Tidak prihatinkah kau dengan saudaraku? Kau luluhlantahkan mereka
yang tak pernah sedikitpun menjadikanmu liar seperti ini.” Dia berhenti, dan
pergi tanpa jawaban sama sekali.
Aku
berteriak pada ombak yang menjelma menjadi tsunami, “Apa yang membuatmu rakus
akan daratan? Tak pernah kah kau sadari, seorang nelayan yang mempertaruhkan
nyawanya digulunganmu hanya untuk membahagiakan keluarganya? Masihkah kau
rebut nyawanya yang berharga itu? Kau
rusakkan keluarganya, kau pisahkan mereka? Mereka tak pernah menggodamu. Mereka
hanya berdo’a pada angin yang menentukan mereka kemana pergi”. Dia surut, dan
pergi tanpa jawaban sama sekali.
Dengan
gagah berani kuberdiri diatas bukit yang tinggi. Merasakan kedamaian yang
begitu luar biasa. lalu pohon-pohon disekelilingku menari-nari dengan nada
cemooh “Wahai senja, apakah kau bodoh? Itu adalah takdir tuhan. Mengapa kau
memarahi mereka? Jika kau marahi mereka, sama saja kau memarahi tuhanmu. Dasar
aneh”. Kemudian mereka kembali menari dengan gembiranya disekelilingku tanpa
memperdulikan diriku yang hanyut termakan kata.
Kutatap
pohon itu dengan tajam. Dendam telah merasuki bathin murniku. Tetapi, ada yang aneh pada sudut pohon itu. Kulihat pada
sudut batangnya, terdapat satu dahan yang tak ikut menari. Dia hanya berdiam
diri menatapku prihatin. Kuselipkan mataku ke arahnya. Dan dia mengangguk
padaku, dengan senyuman tulus dan besar hati, diberikannya padaku. Dari jutaan
dahan yang menari-nari, hanya dia yang tak ikut menari.
Kuberlari,
turun dari bukit yang terjal. Menaruh simpati pada tanah yang kuinjak keras.
Kutusuk hawa dingin yang mengepungku sedari tadi. Hanya satu anggukan dari satu
dahan, aku telah mengerti dengan keadaan.
“Andai engkau tau kawan. Asaku telah habis dikunyah oleh kerakusan”
Febbyalp
09
juli 2014
0 komentar:
Posting Komentar