Selasa, 08 Juli 2014

Cermin (Cerita Mini)

Edit Posted by with No comments


Menunggu Serinai Sunyi

“Aku harus menunggunya. Serinai nyaring penutup waktu kejaman nafsu”

Aku masih termangu menerawang pikiran akan gerak-gerik segelas cairan bening, yang berada di hadapanku saat ini. Sembari membuat gendang musik sederhana mengetuk 2 jari, yang tak lain adalah si manis dan si tengah yang seakan-akan memperbesar volume detakan jam dinding rumahku.
Sesekali kuperbaiki cara duduk manisku,
Kebosanan telah merenggut waktuku selalu. Tinggal sendirian di rumah kos yang sepi tanpa seorang teman, membuat hatiku terus menerus merasa sunyi dan hampa. Sepatah kata pun tak pernah kulontarkan saat aku berada di rumah kecil ini, yang hanya bisa menampung ruang kamar serta ruang mandiku saja.
Wajahku tak pernah berbeda dengan hari-hari lampau. Penuh surut dan terjal bila diserupakan dengan jalanan sepi.
Masih seperti biasa, menunggu batasan waktu yang selalu dinantikan, menambah kekosongan pada jam-jamku yang semakin larut termakan nafas.
Aku mengambil langkah membaca al-qur’an untuk menunggu serinai pembatas dikala fajar masih terlelap tidur. Ini keputusan akhirku.
Kejadian sahur yang cukup membosankan, namun harus tetap aku nikmati. Menunggu kedatangan suara serinai itu, seakan memukul tong besi tanpa isi, yang nyaring bunyi. Sepi…

0 komentar:

Posting Komentar